عَنْ اَبِى مُوْسَى رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ. الخمسة الا النسائى
Dari Abu Musa RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak ada nikahmelainkan dengan (adanya) wali”. [HR. Khamsah kecuali Nasai]
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوْسَى عَنِ الزُّهْرِيِ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ اِذْنِ وَلِيِّهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ. فَاِنْ دَخَلَ بِهَا، فَلَهَا اْلمَهْرُ بِمَا اسْتَحَلَّ مِنْ فَرْجِهَا، فَاِنِ اشْتَجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ. الخمسة الا السائى
Dari Sulaiman bin Musa dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah,sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Siapa saja wanita yangmenikah tanpa idzin walinya maka nikahnya batal, maka nikahnyabatal, maka nikahnya batal. Kemudian jika (suaminya) telahmencampurinya, maka bagi wanita itu berhak memperoleh maharsebab apa yang telah ia anggap halal dari mencampurinya. Kemudianjika mereka (wali-walinya) berselisih, maka penguasa (hakimlah) yangmenjadi walinya”. [HR. Khamsah kecuali Nasai].
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ وَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ وَلِيٍّ فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، بَاطِلٌ باَطِلٌ. فَاِنْ لَمْ يَكُنْ لَهَا وَلِيٌّ فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهَا. ابو داود الطيالسى
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nikahmelainkan dengan (adanya) wali, dan siapasaja wanita yang nikahtanpa wali maka nikahnya batal, batal, batal. Jika dia tidak punya wali,maka penguasa (hakimlah) walinya wanita yang tidak punya wali”. [HR. Abu Dawud Ath-Thayalisi]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تُزَوِّجِ اْلمَرْأَةُ اْلمَرْأَةَ، وَ لاَ تُزَوِّجِ اْلمَرْأَةُ نَفْسَهَا، فَاِنَّ الزَّانِيَةَ هِيَ الَّتِى تُزَوِّجُ نَفْسَهَا. ابن ماجه و الدارقطنى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah wanita menikahkan wanita dan janganlah wanitamenikahkan dirinya sendiri, karena wanita pezina itu ialah yangmenikahkan dirinya sendiri”. [HR. Ibnu Majah dan Daruquthni]
عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ قَالَ: جَمَعَتِ الطَّرِيْقُ رَكْبًا فَجَعَلَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ ثَيِّبٌ اَمْرَهَا بِيَدِ رَجُلٍ غَيْرَ وَلِيٍّ فَاَنْكَحَهَا فَبَلَغَ ذلِكَ عُمَرَ. فَجَلَدَ النَّاكِحَ وَ اْلمُنْكِحَ وَ رَدَّ نِكَاحَهَا. الشافعى و الدارقطنى
Dari Ikrimah bin Khalid, ia berkata, “Pernah terjadi di jalan penuhkendaraan. Ada seorang janda diantara mereka menyerahkan urusandirinya kepada seorang laki-laki yang bukan walinya, lalu laki-laki itumenikahkannya. Kemudian sampailah hal itu kepada Umar, lalu Umarmenjilid (mendera) orang yang menikah dan yang menikahkannyaserta membatalkan pernikahannya”. [HR. Syafi’i dan Daruquthni]
عَنِ الشَّعْبِ قَالَ: مَا كَانَ اَحَدٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص اَشَدُّ فِى النِّكَاحِ بِغَيْرِ وَلِيٍّ مِنْ عَلِيٍّ، كَانَ يَضْرِبُ فِيْهِ. الدارقطنى
Dari Asy-Sya’bi ia berkata, “Tidak ada seorang pun diantara shahabatNabi SAW yang paling keras (tindakannya) terhadap pernikahantanpa wali daripada Ali, ia memukul (pelakunya)”. [HR. Daruquthni]
Keterangan :
Dari hadits-hadits diatas menunjukkan harus adanya wali dalampernikahan. Namun ada juga ulama yang berpendapat bahwa wali itubukan merupakan suatu keharusan.
sumber : http://1001hadits.blogspot.co.id/